BAB
I
PENDAHULUAN
Ahmad
Nurkholis adalah anak pertama dari 8 bersaudara. Beliau lahir di Grobogan, 23 Maret
1962 dari pasangan suami istri Danuri dan Sopiyah. Ayah beliau merupakan
seorang petani sekaligus pengurus mushola di dusun Wates, Kradenan kabupaten Grobogan.
Sedangkan ibu beliau hanyalah seorang ibu rumah tangga yang terkadang membantu
sang suami meladang.
Beliau
dilahirkan dikeluarga sederhana yang kental akan didikan keagamaannya. Masa
kecil beliau dihabiskan dengan membantu sang ayah sepulang dari sekolah.
Meskipun begitu, beliau memiliki tekad yang kuat untuk bersekolah setinggi
mungkin untuk mencapai cita-citanya.
Wawancara
ini dilakukan dengan anggota keluarga beliau, dikarenakan Bapak Ahmad Nurkholis
sudah meninggal dunia pada tanggal 13 November 2011. Hal ini dilakukan, karena
menurut saya beliaulah yang saya anggap pantas untuk di ekspose.
BAB
II
PEMBAHASAN
a.
Daftar
Riwayat Hidup

Nama : Drs. Ahmad Nurkholis
TTL : Grobogan, 23 Maret 1962
Nama Ayah : Danuri
Nama Ibu : Sopiyah
Pendidikan :
ü MI
Nurul Huda Kradenan lulus tahun 1974
ü SMP
N 1 Grobogan lulus pada tahun 1977
ü SMA
PGRI Grobogan lulus pada tahun1980
ü IKIP
semarang lulus pada tahun 1983
b. Deskripsi
Kisah Hidup
Bapak Ahmad Nurkholis
merupakan anak pertama dari 8 bersaudara. Beliau lahir di Grobogan pada tanggal
23 Maret tahun 1962 dari pasangan suami istri Danuri dan Sopiyah. Ayah beliau
berprofesi sebagai petani yang sekaligus menjadi marmot mushola, dan ibunda beliau
hanyalah seorang ibu rumah tangga yang terkadang membantu sang suami di ladang.
Beliau lahir dari
keluarga sederhana dan kental dengan ajaran agamanya. Sepulang sekolah beliau
membantu sang ayah mengurus kebun diladang. Beliau pulang saat tiba waktu ashar
untuk mengumandangkan adzan. Selepas sholat ashar beliau belajar agama
dipengajian yang diadakan dimushola oleh sukarelawan. Dimalam hari, beliau
membantu sang ayah untuk mengajar mengaji dimushola. Hampir tidak ada waktu
untuk belajar dan mengulang pelajaran sekolah. Namun, itu sesuai dengan kondisi
saat itu dimana beliau masih belajar dan menulis dibatu menggunakan kapur.
Menurut beliau, itulah tantangan untuk menghafal diluar kepala.
Pendidikan beliau
dilalui dengan berbagai suka duka. Letak tempat tinggal yang terpencil membuat
akses jalan ke sekolah terasa sulit. Beliau harus menempuh jarak hingga 10
kilometer. Jarak tersebut bukanlah jalan yang mulus beraspal, namun jalan
terjal dengan sisi kanan kirinya adalah jurang. Jarak tersebut beliau tempuh
dengan sepeda ontel kesayangannya.
Keadaan ekonomi
keluarga yang kurang memadai karena harus menghidupi beliau dan 7 saudaranya,
membuatnya sering tidak mendapatkan uang saku. Beliau hanya di bekali singkong
rebus dan terkadang ketela rebus. Karena malu, beliau memakan bekalnya di
belakang sekolah tepat dipinggir jurang. Terkadang beliau takut kalau-kalau
beliau terpeleset dan jjatuh ke jurang. Tapi syukurlah, Allah masih
memberikannya kesempatan untuk berjuang.
Tamat dari SMA PGRI
Grobogan, beliau mendesak ayahnya untuk mengijinkannya belajar di IKIP Semarang
yang kini berubah nama menjadi Universitas Negeri Semarang. Ayah beliau
mengijinkan, tetapi tidak menjamin akan terpenuhinya biaya kuliahnya.
Bermodalkan tekad dan uang yang hanya cukup untuk hidup sebulan, beliau menimba
ilmu diIKIP Semarang.
Beliau menyadari akan
kesulitan biaya yang akan beliau jalani, segera beliau mencari kerja serabutan
untuk pendidikan kuliahnya sehingga beliau tidak perlu lagi mengandalkan uang
dari ayahnya dikampung. Kuliah beliau dijalani dengan mulus dan memberi
kebanggaan tersendiri untuk orang tuanya.
Tamat dari IKIP
semarang, beliau mendapatkan tugas untuk mengajar di SMP swasta di kota tegal.
SMP tersebut adalah SMP Purnama. Letaknya berdekatan dengan SMP Sumurpanggang yang
sekarang berubah nama menjadi SMP N 17 Tegal. Pada awalnya beliau di beri tugas
untuk menjadi guru mata pelajaran IPA, namun karena sekolah tersebut kekurangan
guru olahraga, maka beliau mengampu pelajaran olahraga juga.
Di kota Tegal ini,
beliau merintis karirnya sebagai guru dan pengajar agama. Beliau jatuh cinta
pada salah seorang murid di SMP Sumurpanggang dan sekarang telah menjadi istrinya(Darojah).
Pernikahannya tidak berjalan mulus, orang tua sang istri tidak menyetujui
pernikahan mereka karena faktor ekonomi. Maklumlah orang tua sang istri
merupakan seorang Carik dan pejuang kemerdekaan yang tergolong keluarga kaya.
Tantangan itu membuat beliau tegar dan semakin bersemangat untuk kehidupan yang
lebih baik.
Di awal pernikahan,
beliau sudah bertekad untuk memakmurkan desa tempat tinggalnya dan istrinya
dengan kegiatan keagamaan. Karena pada saat itu, desa Kalinyamat Kulon kurang
akan pembangunan masjid dan kegiatan keagamaan. Bertahun-tahun mengabdi sebagai
guru di SMP Purnama, beliau berinisiatif untuk membuka usaha baru yaitu jasa
sewa sound sistem. Usaha tersebut beliau jalani sepenuh hati. Dengan modal
seadanya, beliau membuat salon dan mixer sendiri. Tak disangka, jasa sewa sound
systemnya berkembang pesat hingga mampu membangun sebuah toko kelontong, rumah
dan membelikan mobil untuk sang istri tercinta.
Jasa-jasanya di desa
kalinyamat kulon membuat beliau dipercaya untuk membangun mushola dan masjid
sekaligus sebagai pengurus di masjid/mushola tersebut. Hingga kini tak kurang
dari 3 masjid/musholla beliau bangun di tanah desa kalinyamat kulon yang
dulunya gelap akan pengetahuan agama. Banyak kegiatan masjid yang aktif seperti
IPNU, IPPNU, GP ANSOR,dll. Kesuksesan tersebut lantas tidak membuat beliau
menyombongkan diri. Beliau tetap ramah dan berbaur dengan masyarakat. Tidak
jarang beliau diminta untuk mengisi tausiah di acara dan kegiatan warga.
Kepadatan jadwalnya
membuatnya lelah hingga terkena serangan darah tinggi. Bertahun-tahun beliau
melawan penyakitnya, hingga pada puncaknya di bulan November tahun 2011,tepat
setelah Idhul Adha beliau mengalami pendarahan otak. Pendarahan tersebut
mengantarnya untuk menemui Allah SWT. Sebelum meninggal dunia, beliau berpesan
kepada sang istri dan anak-anaknya bahwa beliau tidak meninggalkan harta
apapun, namun beliau ingin mewarisi pendidikan yang tinggi dan akhlak yang baik
kepada anak dan istrinya, beliau mewasiatkan kepada anak tertua untuk bahu
membahu membiayai pendidikan adik-adiknya hingga S1 tingkatan yang sama dengan
pendidikan terkahir yang sudah beliau biayai untuk anak pertamanya.
Penikahan beliau
dikaruniai 4 orang anak, yang kini hidup bahagia karena didikan dari ayah dan
ibunya sewaktu kecil. Hampir tidak pernah ada pertengkaran dirumah tangga
beliau. Hingga beliau berhasil membawa desa kalinyamat kulon keluar dari
kebutaan agama.
c. ANALISIS
Jadi analisis dari
wawancara yang saya laksanakan dengan keluarga Ahmad Nurkholis, Beliau termasuk
tokoh agama di kalinyamat kulon yang sukses menggukan pendekatan treat dan
factor. Karena, dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidupnya beliau melewati
berbagai rintangan dan tantangan. Hingga kesuksesannya di akhir hayatnya beliau
melewati banyak kesulitan hidup yang mampu mebuatnya tegar dan sabar menghadapi
hidup.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah



Tidak ada komentar:
Posting Komentar