BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori
humanistik berkembang pada tahun 1950-an sebagai teori yang menentang
teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Serangan humanistik terhadap dua
teori ini adalah bahwa kedua-duanya bersifat melecehkan manusia. Teori fred
dikritik, karena memandang tingkah laku manusia di dominasi atau ditentukan
oleh dorongan yang bersifat primitive dan animalistik (hewani). Teori
behavioristik juga dikritik karena teori terlalu asyik dengan penelitiaannya
terhadap binatang, dan menganalisis kepribadian secara pragmentaris. Dan dengan
begitu mengapa sehingga teori tersebut dikritik, karena memandang manusia
sebagai bidak atau pion yang tak berdaya dikontrol oleh lingkungan dan masa
lalu, dan sedikit sekali kemampuan untuk mengarahkan diri.
Teori
humanistik dalam psikologi sebagai third force (kekuatan ketiga) dalam
psikologi dan merupakan alternatif kedua kekuatan yang dewasa ini dominan (psikoanalisis
dan behavioristik). Kekuatan ketiga ini disebut humanistik, karena memiliki minat
yang ekslusif terhadap tingkah laku manusia. Humanistik dapat diartikan sebagai
orientasi teoritis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya
terkait dengan free will (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan
dirinya. Para ahli teori humanistik memiliki pandangan yang optimistik terhadap
hakikat manusia. Mereka menyakini bahwa :
1.
Manusia
memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri.
2.
Manusia
memiliki kebebesan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam
hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan.
3.
Manusia
adalah mahkluk rasional dan sadar, tidak dikuasi oleh ketidaksadaran, kebutuhan
irrasional, dan konflik.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan
diatas maka dapat di susun rumusan
masalah. Permasalahan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian humanistik?
2.
Bagaimana
teori humanistik?
3.
Bagaimana
teknik-teknik humanistik?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian humanistik.
2.
Dapat
mengetahui teori humanistik.
3.
Untuk
mengetahui teknik-teknik humanistik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
konseling Humanistik
Humanistic
Psychotherapy diberikan oleh sekelompok psychologist diawal tahun
1960 dibawah pimpinan Abraham H. Maslow.
Mula
pertama Maslow adalah penganut pandangan Behavioristik, setelah ia menikah dan
mempunyai anak, pandangannya terhadap Behavioristik berubah. Psikoterapi
humanistik bukanlah merupakan suatu teori atau sistem yang terorganisasi
tunggal, ia lebih diterangkan sebagai suatu gerakan dalam arti kumpulan atau
konvergensi diri berbagai aliran dan ragam pemikiran.
Humanistic
Psycotherapy percaya pada pikiran bahwa manusia adalah baik atau
paling tidak netral. Konsep dasar dari pandangan ini adalah :
1.
Potensi kreatif manusia, teori humanistik menganggap
bahwa kreatifitas merupakan ciri dari hakikat kemanusiaan. Maslow menganggap
kreatifitas sebagai potensi yang ada pada semua orang ketika lahir.
2.
Penekanan pada kesehatan psikologis, Maslow
berpendapat bahwa pendekatan psikologis hanya sedikit sekali mengamati fungsi
kemanusiaan yang sehat, gaya hidup yang sehat
3.
Hirarki teori motivasi, bahwa proses motivasi
merupakan inti dari teorinya, ia mengemukakan bahwa keinginan manusia
sifatnya innate dan tersusun dalam hirarki yang menarik atas dasar prioritas
dan potensi.
B.
Asumsi
dan Prinsip Dasar Teori
Ahli-ahli teori humanistik
menunjukkan bahwa:
1.
tingkah
laku individu pada mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan
dirinya sendiri dan dunia sekitarnya.
2.
individu
bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh
ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam (internal), bebas
memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri (self-actualization)
atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di
dalam diri individu ada dua hal:
1.
Suatu
usaha yang positif untuk berkembang
2.
Kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow Berfokus pada individu secara
keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan daripada
sekedar penyakit dan masalah.
C.
Detail
Teori
Teori yang terkenal dari Maslow yang
merupakan salah satu tokoh humanistic adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan.
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan.[7] Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.[7] Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). [7] Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai
berikut :
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow menyebut empat kebutuhan
mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan
sebutan homeostatis. Kemudian berhenti dengan sendirinya.[3]
Maslow memperluas cakupan prinsip
homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan
harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut.[3] Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai
kebutuhan untuk bertahan.[3] Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan
ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.[3]
Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah,
terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan,
minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh
orang yang bersangkutan.[7] Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan
dasar (basic
needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrim (misalnya
kelaparan) bisa menyebabkan manusia yang bersangkutan kehilangan
kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut
dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu.[7] Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah
tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).[7]
Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini
berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan,
bebas dari rasa takut, cemas dan sebagainya.[5] Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan
kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya.[5] Sama halnya dengan basic needs, kalau safety
needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan
seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya
akan cenderung ke arah yang makin negatif.[5]
Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa
aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai.
Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra
dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia
kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya
sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan
merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan
harga diri orang yang bersangkutan.[5]
Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat
tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga
diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya
diri, dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi
dari orang lain.[5] Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri
akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain
dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang
tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).[7]
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang
tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta
kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus
asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan
diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.[7]
D.
Teknik-teknik Humanistik
Yaitu teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang
membantu individu menyadari diri sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka
dengan intervensi ahli terapi yang minimal. Gangguan psikologis yang diduga
timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh
situasi atau oleh orang lain. Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi,
pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan
secara ketat. Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang
mana sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa
prinsip kerja teknik humanistik antara lain:
1. Membina
hubungan baik (good rapport)
2. Membuat
klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya
3. Merangsang
kepekaan emosi klien
4. Membuat
klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.
5. Mengembangkan
potensi dan emosi positif klien
6. Membuat
klien menjadi adequate
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
eksistensial-humanistik, yaitu:
1.
Penerimaan
2.
Rasa hormat
3.
Memahami
4.
Menentramkan
5.
Memberi dorongan
6.
Memantulkan pernyataan dan perasaan
klien
7.
Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut
merasakan apa yang
dirasakan
8.
Bersikap mengijinkan untuk apa saja
yang bermakna.
Teknik Yang
Digunakan Abraham Maslow
Teknik yang digunakan oleh Abraham
Maslow yaitu terapi. Menurut Maslow, tujuan terapi adalah agar klien memeroleh
B-values, atau nilai kebenaran, keadilan, kesederhanaan, dan sebagainya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, klien harus bebas dari kebergantungan pada orang
lain, supaya dorongan alami menuju pertumbuhan dan aktualisasi diri menjadi
aktif.Meskipun Maslow bukan psikoterapis, dia menganggap bahwa teori
kepribadiannya dapat diterapkan dalam psikoterapi.
Dalam konsep hierarki kebutuhan
dinyatakan bahwa jika seseorang masih dapat bergerak pada level kebutuhan dasar
(fisiologis) dan rasa aman melebihi yang lainnya, biasanya merekaa tidak
termotivasi untuk mencari psikoterapis. Sebaliknya, mereka akan berusaha keras
untuk memenuhi kebutuhan akan perawatan dan kesamaan.
Kebanyakan manusia yang membutuhkan
terapi adalah mereka yang memiliki kebutuhan tingkat ketiga.Tingkat kebutuhan
ini biasanya dipenuhi dengan baik, tetapi masih kesulutan untuk mendapatkan
kasih sayang. Karena itu, psikoterapi diarahkan kepada proses interpersonal
yang hangat dan penuh kasih sayang. Dengan demikian, klien memperoleh kepuasan
dalam memenuhi kebutuhan akan rasa cinta, memperoleh rasa percaya diri, dan
penghargaan diri sendiri. Hubungan yang baik antara klien dan terapis merupakan
pengobatan psikologis terbaik. Hubungan yang saling menerima akan memberikan
perasaan patut dicintai dan memvasilitasi kemampuan mereka untuk mengembangkan
hubungan nasihat diluar terapi.
Teknik yang dianggap tepat untuk
diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling,
sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi: (1) acceptance
(penerimaan); (2) respect (rasa hormat); (3) understanding
(pemahaman); (4) reassurance (menentramkan hati); (5) encouragementlimited
questioning (pertanyaan terbatas; dan (6) reflection (memantulkan
pernyataan dan perasaan).
Melalui penggunaan teknik-teknik
tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan menerima diri dan
lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang tepat; (3) mengarahkan
diri; (4) mewujudkan dirinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori
yang terkenal dari Maslow adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan. Adapun
hirarki kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri
Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu terletak pada motivasinya,
yang tidak selalu stabil seanjang kehidupan. Lingkungan hidup yang traumatik
atau kesehatan yang terganggu dapat menyebabkan individu mundur ke tingkat
motivasi yang lebih rendah.
Maslow
berpendapat bahwa orang yang memiliki pribadi yang sehat memilki ciri diantaranya
mampu mempersepsikan kehidupan dunianya
sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman, menerima dirinya sendiri, bersikap
spontan, mempunyai
komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah diluar dirinya., mandiri, memiliki apresiasi yang
segar terhadap lingkungan sekitarnya, memiliki minat social, bersikap demokratis, dan
kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Corey,
Gerald, 2013. Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Nurihsan,
Ahmad Juntika dan Syamsu Yusuf, 2011. Teori Kepribadian. Bandung: PT Reaja
Rosdakarya
Sofyan S. Willis. 2007. Konseling
Inpidual; Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Sayekti. 1997. Berbagai
Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mass Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar