MAKALAH SOSIOKULTURAL
Di Susun Sebagai Syarat Melengkapi Tugas Mata Kuliah Belajar Dan
Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. Suriswo,
M.Pd
Di Susun oleh :
1.
Mohammad Ali Sadikin (1114500006)
2.
Komara Yusuf N.M (1114500004)
3.
Nungki Kusuma W (1114500008)
4.
Amilatun Nazilah (1114500014)
5.
Iin Farida (1114500016)
Progdi : Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup
agar tidak terombang-ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional. Sehingga setiap
bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa
lain. Negara komunisme dan liberalism meletakkan dasar filsafat negaranya pada
suatu konsep ideologi tertentu, misalnya komunisme mendasarkan
ideologinya pada konsep pemikiran Karl Marx.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah hanya
merupakan suatu hasil konsep seseorang saja. Melainkan merupakan suatu hasil
karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para
pendiri negara seperti Soekarno, M Hatta, M Yamin, Sepomo serta para tokoh pendiri
negara lainnya.
Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya besar
bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang
mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila
Pancasila. Oleh karena itu para generasi penerus bangsa terutama dalam kalangan
intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami secara dinamis dalam arti
mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman. Kebudayaan dan pendidikan
mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan /
dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari
sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan
asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang
sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa
depan.
Pada awal perkembangannya, suatu kebudayaan terbentuk berkat
kemampuan manusia mengatasi kehidupan alamiahnya dan kesengajaan manusia
menciptakan lingkungan yang cocok bagi kehidupannya. Setiap individu yang lahir
selalu memasuki lingkungan kebudayaan dan lingkungan alamiah itu, dan
menghadapi dua sistem sekaligus yaitu sistem kebudayaan dan sistem lingkungan
alam.
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia
selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun formal.
Sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan
oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung.
Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatannya dapat
berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan, dan dikehendaki manusia.
Pada hakikatnya manusia sebagai mahkluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan
kebudayaan setempat. Salah satu cara untuk memelihara kebudayaan adalah melalui
pengajaran. Jadi pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampai, pelestari, dan
pengembang kebudayaan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian tentang landasan
kultural.
2.
Kebudayaan Nasional sebagai
Landasan Sistem Pendidikan Nasional
3.
Pentingnya landasan pendidikan
dalam proses pendidikan
4.
Fungsi landasan pendidikan.
5.
Implikasi sosial kultural bagi
penyusunan kurikulum
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1.
Mengetahui pengertian tentang
landasan kultural.
2.
Kebudayaan Nasional sebagai
Landasan Sistem Pendidikan Nasional
3.
Mengetahui pentingnya landasan
pendidikan dalam proses pendidikan
4.
Mengetahui fungsi landasan
pendidikan.
5.
Implikasi sosial kultural bagi
penyusunan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Landasan Kultural
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengeruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu
pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak
lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola
perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.
Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir
dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan
melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam
proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila
perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan
timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat
terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan
dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara
konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar
sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan
lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan
penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi
non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan.
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki
makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe
cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu
berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat.
Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif
tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul
ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya
dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana
antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu
sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi
sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima
hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya
(2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa
bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk
lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di
atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada
nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang
harmoni dalam kondisi pluralistik
B.
Pengertian
Teori Landasan Kultural
Kebudayaan menurut Taylor
adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat, dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
orang sebagai anggotamasyarakat (Imran Manan,1989).
Hal ini tidak di setujui
Hassan (1983), Ia mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil
manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh
sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum,adat istiadat dan lain-lain kepandaian.
Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat (Imran Manan,1989).
Ada 8 Komponen Kebudayaan sbb:
1.
Gagasan
5. Benda
2.
Ideologi
6. Kesenian
3.
Norma
7. Ilmu
4. Teknologi
8. Kepandaian
Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber
dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami
kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada
berbagai dimensi (Sastrapratedja, 1992:145): kebudayaan terkait dengan ciri
manusia sendiri sebagai mahluk yang “belum selesai” dan harus berkembang, maka
kebudayaan juga terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia yang
asasi:
(1) Kebudayaan dapat
dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya,
(2) Kebudayaan
merupakan suatu sistem dan terkait dengan sistem sosial. Kebudayaan dari satu
pihak mengkondisikan suatu sistem sosial dalam arti ikut serta membentuk atau
mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.
Kebudayaan
dapat dikelompokan menjadi tiga macam,yaitu:
1.
Kebudayaan
umum,misalnya kebudayaan Indonesia
2. Kebudayaan daerah,misalnya kebudayaan
Jawa,Bali,Sunda,dan sebagainya
3. Kebudayaan populer,suatu kebudayaan yang
masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan
terdahulu.Misalnya,lagu-lagu populer,model film musiman dan sebagainya.
Kneller mengemukakan
ada dua tonggak yang membuat kebudayaan berkembang dengan pesat (Imran
manan,1989).Kedua tonggak itu adalah:
1.
Revolusi
Industri I dengan diketemukannya mesin uap abad ke-18,yang membuat hasil
produksi-produksi berlimpah-limpah serta memberi keuntungan yang besar.Hidup
orang-orang menjadi bertambah makmur.
2. Revolusi industri II sejak tahun 1945 yang
menggunakan bahan atom,kimia,mempergunakan alat komputer,yang membuat serba
otomatis dengan menggunakan tenaga-tenaga profesional.
Revolusi inilah yang membuat zaman sekarang menjadi era globalisasi dan
informasi.
Ada tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan.Ketiga hal itu menurut
Kneller ialah:
1. Originasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan baru.
Contoh:
·
Teori bumi bulat menggeser teori bumi lempeng
·
Teori
dua garis sejajar akan berpotongan di suatu tempat memperbarui teori yang
menyatakan tidak berpotongan
·
Konsep anak sebagai orang
dewasa dalam bentuk kecil diubah oleh teori baru yang menyatakan anak-anak
adalah kesatuan potensi yang sedang berkembang dan tumbuh.
2. Difusi, yaitu pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-elemen budaya yang
baru kedalam budaya yang lama.
Contoh:
·
Musik
yang menggabungakan musik barat dengan gamelan sebagai musik timur
·
Teknik
pengairan yang memakai bendungan adalah difusi antara teknologi baru dengan
teknologi tradisional.
·
Tarian-tarian
kontemporer ada kalanya merupakan difusi antara tarian klasik dengan tarian
modern.
3. Reinterpretasi,yaitu perubahan kebudayaan
akibat terjadinya modifikasi elemen-elemen kebudayaan yang telah ada agar
sesuai dengan keadaan zaman.
Contoh:
·
Surat
kawin diadakan karena kebutuhan administrasi,zaman dulu kawin cukup disahkan
oleh warga setempat.
·
Berbagai
bentuk bangunan disesuaikan dengan selera zaman.
·
Pesawat baling-baling diganti
dengan pesawat jet.
Sejak dini anak-anak perlu dididik berpikir kritis. Kemampuan untuk
mempertimbangkan secara bebas dikembangkan.Hal ini dapat dapat dilakukan dengan
cara memberi kesempatan mengamati, melaksanakan, menghayati, dan menilai
kebudayaan itu. Cara ini tidak menerima begitu saja suatu kebudayaan melalui
pemahaman dan perasaan dikala berada dalam kandungan kebudayaan itu,yang
akhirnya menimbulkan penilaian menerima, merevisi, atau menolak budaya itu.
C. Tujuan
Kerber dan Smith menyebutkan ada enam fungsi utama kebudayaan dalam
kehidupan manusia,yaitu:
1. Penerus keturunan dan pengasuh anak.
Suatu fungsi yang menjamin kelangsungan hidup
biologis kelompok sosial,budaya mendidik yang baik akan banyak orang
melaksanakan KB,proses persalinan yang tidak menakutkan,dan pengasuhan anak
secara profesional.
2.
Pengembangan
kehidupan berekonomi.
Pendidikan sebagai budaya akan membuat orang mampu
menjadi pelaku ekonomi yang baik, bisa berproduksi
secara efektif dan efisien, dan mengembangkan bakat ekonomi bidang tertentu.
3.
Transmisi
budaya.
Mampu membentuk dan mengembangkan generasi baru
menjadi orang-orang dewasa yang berbudaya,terutama berbudaya nasional.
4.
Meningkatkan
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pendidikan
sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan
perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5.
Pengendalian
sosial
Yaitu
pelembagaan konsep-konsep
untuk melindungi kesejahteraan individu dan kelompok.
Ada sejumlah lembaga yang berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat,,
seperti lembaga hukum,
lembaga konsumen, badan pelestarian lingkungan, lembaga permasyarakatan, lembaga pendidikan, dan sebagainya.
6.
Rekreasi
Kegiatan-kegiatan yang memberi kesempatan kepada
orang untuk memuaskan kebutuhannya akan permainan-permainan atau untuk main-main.
D.
Peran siswa
Berdasarkan teori Vygotsky, peran siswa:
1.
Siswa memperoleh kesempatan
yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya
melalui belajar dan berkembang;
2.
Pembelajaran perlu lebih
dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat
perkembangan aktualnya;
3.
Pembelajaran lebih diarahkan
pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada
kemampuan intramental.
4.
siswa diberi kesempatan yang
luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya
dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau
pemecahan masalah;
5.
Proses belajar dan pembelajaran
tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses
mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua
pihak yang terlibat di dalamnya
E.
Peran guru
1.
Guru lebih berperanan sebagai
fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor.
2.
Guru membantu perilaku siswa
yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
F.
Penerapan teori
Penerapan teori ini dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis
pendidikan yaitu:
Pendidikan informal (keluarga) Pendidikan anak dimulai dari
lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat, memahami, mendapatkan
pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk
memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus
membatik. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang
berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
Pendidikan formal Aplikasi teori sosial-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
Pendidikan formal Aplikasi teori sosial-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
·
Kurikulum
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.
·
Siswa
Dalam
pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun melalui
rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu
yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain itu
pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat,
dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
·
Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pada penerapan
pembelajaran dengan teori belajar sosiokultur, guru berfungsi sebagai motivator
yang memberikan rangsangan agar siswa aktif dan memiliki gairah untuk berfikir,
fasilitator, yang membantu menunjukkan jalan keluar bila siswa menemukan hambatan
dalam proses berfikir, menejer yang mengelola sumber belajar, serta sebagai rewarder
yang memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa, sehingga
mampu meningkatkan motivasi yang lebih tinggi dari dalam diri siswa. Pada
intinya, siswalah yang dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri untuk
membangun ilmu pengetahuan.
Dapat disimpulkan bahwa
dalam teori belajar sosiokultur, proses belajar tidak dapat dipisahkan dari
aksi (aktivitas) dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara
dialogis. Belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari
pemikiran individu melalui interaksi dalam suatu konteks sosial. Dalam hal ini,
tidak ada perwujudan dari suatu kenyataan yang dapat dianggap lebih baik atau
benar. Vygotsky percaya bahwa beragam perwujudan dari kenyataan digunakan untuk
beragam tujuan dalam konteks yang berbeda-beda. Pengetahuan tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana
makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan
didiseminasikan dan diterapkan. Melalui aktivitas, interaksi sosial, tersebut
penciptaan makna terjadi.
B. Saran
Sebagai mahasiswa calon
guru sekolah dasar tentunya kita harus mengetahui bahwa anak usia SD berada
dalam Zona Perkembangan
Proksimal dimana fungsi-fungsi atau kemampuan yang belum matang yang masih
berada pada proses pematangan. Untuk membantu proses pematamgam tersebut kita
harus bisa menjadi fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer
pembelajaran dan tutor. Motivator yang memberikan
rangsangan agar siswa aktif dan memiliki gairah untuk berfikir, fasilitator
yang membantu menunjukkan jalan keluar bila siswa menemukan hambatan dalam
proses berfikir, mediator yang mengelola sumber belajar, juga sebagai rewarder
yang memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa, sehingga
mampu meningkatkan motivasi yang lebih tinggi dari dalam diri siswa.
Daftar pustaka
Anwar, Kasful & Hendra Harmi,
2011, Perencanaan Sistem Pembelajaran
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Bandung: ALFABETA
Siregar, Dewi Salma Prawiradilaga
Eveline, 2004, Mozaik Teknologi
Pendidikan, Jakarta Timur: PRENADA
Suyono, 2011, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: Pt
Remaja Rosdakarya.
Hariyanto, 2011, BelajarDan
Pembelajaran, Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Sobry Sutikno, M. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Prospect.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar